Download Jurnal |
Proteksi
Protein Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) menggunakan Tanin, Saponin,
Minyak dan Pengaruhnya terhadap Ruminal Undegradable Dietary Protein (RUDP)
dan Sintesis Protein Mikroba Rumen
Protein Lamtoro leaves (Leucaena leucocephala) with
Tanin, Saponin and Oil Protection and the Effect on ruminal undegradable
dietary protein (RUDP), and Synthesis of rumen microbial protein.
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pencernaan pakan pada ruminansia dapat terjadi secara mekanis di
dalam mulut, secara fermentatif oleh mikroorganisme rumen (bakteri, protozoa
dan fungi) yang letaknya di muka perut sejati, dan secara hidrolitis oleh enzim
pencernaan hewan inang. Keberadaan mikroorganisme rumen memberi keuntungan bagi
hewan ruminansia yaitu produk fermentasi rumen menjadi bentuk yang lebih mudah
diserap dalam usus, hewan inang mampu memanfaatkan nitrogen bukan protein dan
mampu mencerna makanan kasar dalam jumlah besar. Di sisi lain, keberadaan
mikroorganisme rumen dapat menimbulkan kerugian, yaitu sebagian energi makanan terbuang dalam rumen
sebagai panas fermentasi dan gas metan, juga sebagian beta karoten (provitamin
A) mengalami kerusakan dalam rumen. Selain hal itu, apabila protein bahan pakan
berkualitas tinggi dan dalam jumlah yang banyak, keberadaan mikroorganisme justru
merugikan, karena protein akan menjadi sasaran fermentasi mikrobial, sebagian
besar didegradasi menjadi peptida, asam amino dan akhirnya menjadi amonia
(Sarcicek, 2000). Amonia yang berlebihan akan dibuang percuma bersama urin dan
pembentukan amonia membutuhkan energi, dengan demikian efisiensi pakan justru menjadi
rendah. Keadaan yang demikian tidak diharapkan karena keuntungan dari tingginya
kualitas protein menjadi tidak bermanfaat. Untuk mendapatkan manfaat yang
optimal dari tingginya kualitas protein, maka perlu adanya proteksi protein
agar dapat hypass, yaitu lolos dari degradasi mikrobia di dalam rumen.
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh proteksi daun lamtoro menggunakan tanin,
saponin dan minyak terhadap ruminal undegradable dietary protein (RUDP),
dan sintesis protein mikroba rumen. Hasil penelitian diharapkan : dapat 1)
memberikan informasi saintifik tentang proteksi protein daun lamtoro
menggunakan tanin, saponin dan minyak terhadap ruminal undegradable dietary
protein (RUDP), dan 2) mengoptimalkan penggunaan protein daun lamtoro
sebagai pakan ruminansia, guna menunjang peningkatan produktivitas ternak.
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1.
Materi
Materi yang digunakan
adalah daun lamtoro (Leucaena leucocephala) yang dipanaskan kemudian
dibuat tepung. Daun teh (mengandung 20% tanin), buah klerak (mengandung 48%
saponin) dan minyak kedelai (sumber minyak) sebagai agen proteksi, cairan rumen
sapi betina dewasa berfistula.
2.2.
Metode
Guna mengukur sintesis
protein mikroba digunakan metode eksperimental secara in vitro, yaitu
metode produksi gas menurut Menke et al (1979). Rancangan yan digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok, sebagai kelompok adalah sumber inokulum (cairan
rumen) sebanyak lima kali periode pengambilan dari sapi berfistula an setiap
kelompok terdiri dari lima unit percobaan. Sebagai perlakuan adalah proteksi
tepung daun lamtoro, menggunakan tanin yang beraal dari daun teh, saponin yang
berasal dari buuah klerak, minyak berasal dari minyak kedelai sebanyak 2%
berdasarkan bahan kering, dan tidak diproteksi sebagai kontrol, dengan demikian
terdapat empat macam perlakuan yang diuji, yaitu : K = kontrol (tepung daun lamtoro tanpa
proteksi), T = daun lamtoro diproteksi menggunakan tanin, S = daun lamtoro
diproteksi menggunakan saponin, dan M = daun lamtoro diproteksi menggunakn
minyak, sehingga terdapat 20 kali pengamatan. Inkubasi dilakukan selama 24 jam.
Untuk mengukur ruminal
undegradable dietary protein digunakan metode in sacco yang telah
distandarisasi oleh vanzan et al. (1998) dengan modifikasi yang telah
distandarisasi oleh Widyobroto dkk. (1998). Setiap perlakuan diulang lima kali.
Inkubasi dilakukan pada sapi betina dewasa berfistula, selama 24 jam, rancangan
yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap.
Peubah yang diukur
terdiri dari : sintesis protein mikroba dan ruminal undegradable dietary
protein.
Sintesis protein
mikroba rumen ditentukan menggunakan metode analisis purin menurut Zinn dan
Owens (1986). Ruminal undegradable dietary protein diukur dengan cara
menganalisis kandungan protein yang tertinggal dalam residu setelah diinkubasi
selama 24 jam, di dalam rumen sapi betina berfistula. Menggunakan metode in
sacco yang telah distandarisasi oleh Vanzan et al. (1998) dengan
modifikasi yang telah distandarisasi oleh Widyobroto dkk. (1998).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Sintesis
Protein Mikroorganisme Rumen
Hasil percobaan
menunjukan bahwa rataan sintesis protein mikroba rumen berkisar dari 140 +
4,69 mg/20ml (kontrol) sampai dengan 161,6 + 5,16 mg/20ml (diproteksi menggunakan
saponin). Rataan tersebut jauh lebih tinggi daripada hasil penelitian Suhartati
dkk. (2003), secara in vitro menggunakan cairan rumen domba sebagai
sumber inokulum, yaitu 12,1 – 16,82 mg/20ml. Perbedaan tersebut dapat terjadi
karena adanya perbedaan sumber inokulum dan perlakuan yang diuji. Tingginya
rataan sintesis protein mikroba rumen tersebut menunjukan bahwa daun lamtoro
merupakan sumber protein yang cukup baik bagi mikroba rumen, meskipun telah
mengalami proteksi.
Berdasarkan HSD
ternyata sintesis protein mikroorganisme rumen yang mendapatkan daun lamtoro
yang diproteksi menggunakan saponin sangat nyata lebih tunggi (P<0,01) dari
pada ketiga perlakuan yang lain, dan diantara ketiga perlakuan yang lain
tersebut tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05).
Tabel 1. Sintesis protein mikroorganisme cairan dan rumen undegradable
dietary protein
Perlakuan
|
Sintesis protein
mikroorganisme rumen (mg/20ml)
|
Rumen undegradable
Dietary Protein
|
K = kontrol
|
140,0 + 4,69 b
|
37,91 + 1,06 c
|
T = + tanin
|
145,4 + 7,09 b
|
62,24 + 2,43 a
|
S = + saponin
|
161,6 + 8,50 a
|
45,65 + 2,12 b
|
M = + minyak
|
148,4 + 5,16 -
|
44,67 + 1,99 -
|
Keterangan
: abc : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya
perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01)
Gambar 1.
Rataan sintesis protein mikroba rumen
Hal tersebut karena
saponin selain dapat digunakan
untuk memproteksi protein sehingga lolos degradasi rumen, berperan pula sebagai
agensi defaunasi. Oleh karena itu, bakteri aman dari gangguan protozoa, sehingga
mampu tumbuh dengan baik dan dapat diketahui melalui tingginya sintesis protein
mikroba rumen.
3.2.
Rumen
Undegradable
Dietary Protein (RUDP)
Rumen undegradable
Dietary Protein (RUDP) adalah
protein pakan yang tidak dapat didegradasi oleh mikroba rumen, atau protein
pakan yang tahan terhadap serangan mikrobial di dalam rumen, yang diestimasi
sebagai jumlah protein yang tertinggal dalam kantong nilon.
Hasil percobaan
menunjukan nahwa, RUDP berkisar dari 37,91 + 1,06 % (tepung daun lamtoro
tanpa proteksi) sampai dengan 62,24 + 2,43 % (tepung daun lamtoro yang
diproteksi menggunakan tanin).
Hasil uji HSD
menunjukan bahwa RUDP tepung daun lamtoro yang diproteksi menggunakan tanin
sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) daripada ketiga perlakuan lain yang
diuji. Dibandingkan dengan kontrol, ternyata proteksi tepung daun lamtoro
menggunakan tanin mampu meningkatkan RUDP sebesar 64,18%, sedangkan minyak dan
saponin masing-masing mampu meningkatkan RUDP sebesar 17,83% dan 20,42%.
Tinggiya RUDP sangat
bermanfaat bagi hewan inang, utamanya bagi ruminansia dengan produktivitas
tinggi. Sapi dengan produktivitas yang tinggi membutuhkan total protein yang
melebihi jumlah protein mikrobial, dengan demikian pakan sapi yang berproduksi
tinggi harus meliputi sumber-sumber yang berasal dari RUDP. Tingginya RUDP
disebabkan terjadinya ikatan antara tanin-protein membentuk senyawa kompleks
yang tidak larut. Ikatan tanin-protein normalnya merupakan ikatan anatara grup
phenol tanin dengan keto protein yang merupakan interaksi hidropobik antara
cincin aromatik struktur protein dan tanin. Adnya ikatan tersebut mengakibatkan
protein tidak terdegradasi oleh mikroba rumen. Setelah sampai abomasum, yang
mempunyai pH 2,5-3,5 terjadi pemisahan senyawa kompleks tersebut, sehingga
protein dapat terlepas dari tanin, selanjutnya menuju ke usus untuk dicerna dan
diserap, bagi kepentingan hewan inang.
Gambar 2. Rumen
undegradable dietary protein
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Simpulan
Ruminal undegradable
dietary protein (RUDP) tertinggi dicapai oleh tepung
daun lamtoro yang diproteksi menggunakan tanin. Sintesis protein mikroba rumen
tertinggi dicapai oleh tepung daun lamtoro yang diproteksi menggunakan saponin.
Tanin merupakan agensia protektor yang paling baik untuk mendapatkan RUDP
tertinggi.
4.2.
Saran
Untuk mendapatkan RUDP
yang tinggi sebaiknya daun lamtoro diproteksi menggunakan tanin.
DAFTAR
PUSTAKA
Arora, S.P. 1983. Microbial Digestion in Ruminants.
Indian Council of Agricultural Research (ICAR), New Delhi.
Carroll, J. 2001. Bypass Protein. Department of
Agriculture and Fisheries. (On line) www.gov.ns.ca/nsaf/elibrary/archieve/lives/beef/bypass.htm.
Diakses 15 Desember 2002.
Chaturvedi. O.H. and T.K. Walli. 2001. Effect of
Feeding Graded Levels of Undegraded Dietary Protein on Voluntary Intake, Milk
Production and Economic return in Early LactatingCrossbred Cowas. Asian-Aust.
J. Anim. Sci. (14) 8;11 18-1124.
Leng, R.A. 1991. Application of Biotechnology to
Nutrition of animals in Development Countries. FAO, Rome.
Suhartati, F.M., W. Suryapratama dan N. Irianti. 2003.
Sintesis Asam Amino Metonin pada Trichoderma reesei dan pengaruhnya terhadap
Sintesis Protein Mikroba Rumen. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Vol 09. No.2:
46-55
Waghorn, G.C., L.D. Shelion, W.C. McNabb. 1994. Effect
of condensed tannins in Lotus pedunculatus on its nutritive value for sheep 1.
1 komentar
Posting Komentar