- See more at: http://blog-rangga.blogspot.com/2013/01/cara-mengganti-icon-kursor-blog-dengan.html#sthash.eLDwJIqo.dpuf



Jumat, 27 Desember 2013

Resume Jurnal

Download Jurnal

Proteksi Protein Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) menggunakan Tanin, Saponin, Minyak dan Pengaruhnya terhadap Ruminal Undegradable Dietary Protein (RUDP) dan Sintesis Protein Mikroba Rumen

Protein Lamtoro leaves (Leucaena leucocephala) with Tanin, Saponin and Oil Protection and the Effect on ruminal undegradable dietary protein (RUDP), and Synthesis of rumen microbial protein.



BAB I
PENDAHULUAN
Proses pencernaan pakan pada ruminansia dapat terjadi secara mekanis di dalam mulut, secara fermentatif oleh mikroorganisme rumen (bakteri, protozoa dan fungi) yang letaknya di muka perut sejati, dan secara hidrolitis oleh enzim pencernaan hewan inang. Keberadaan mikroorganisme rumen memberi keuntungan bagi hewan ruminansia yaitu produk fermentasi rumen menjadi bentuk yang lebih mudah diserap dalam usus, hewan inang mampu memanfaatkan nitrogen bukan protein dan mampu mencerna makanan kasar dalam jumlah besar. Di sisi lain, keberadaan mikroorganisme rumen dapat menimbulkan kerugian, yaitu sebagian energi makanan terbuang dalam rumen sebagai panas fermentasi dan gas metan, juga sebagian beta karoten (provitamin A) mengalami kerusakan dalam rumen. Selain hal itu, apabila protein bahan pakan berkualitas tinggi dan dalam jumlah yang banyak, keberadaan mikroorganisme justru merugikan, karena protein akan menjadi sasaran fermentasi mikrobial, sebagian besar didegradasi menjadi peptida, asam amino dan akhirnya menjadi amonia (Sarcicek, 2000). Amonia yang berlebihan akan dibuang percuma bersama urin dan pembentukan amonia membutuhkan energi, dengan demikian efisiensi pakan justru menjadi rendah. Keadaan yang demikian tidak diharapkan karena keuntungan dari tingginya kualitas protein menjadi tidak bermanfaat. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari tingginya kualitas protein, maka perlu adanya proteksi protein agar dapat hypass, yaitu lolos dari degradasi mikrobia di dalam rumen.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proteksi daun lamtoro menggunakan tanin, saponin dan minyak terhadap ruminal undegradable dietary protein (RUDP), dan sintesis protein mikroba rumen. Hasil penelitian diharapkan : dapat 1) memberikan informasi saintifik tentang proteksi protein daun lamtoro menggunakan tanin, saponin dan minyak terhadap ruminal undegradable dietary protein (RUDP), dan 2) mengoptimalkan penggunaan protein daun lamtoro sebagai pakan ruminansia, guna menunjang peningkatan produktivitas ternak.
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1.       Materi
Materi yang digunakan adalah daun lamtoro (Leucaena leucocephala) yang dipanaskan kemudian dibuat tepung. Daun teh (mengandung 20% tanin), buah klerak (mengandung 48% saponin) dan minyak kedelai (sumber minyak) sebagai agen proteksi, cairan rumen sapi betina dewasa berfistula.

2.2.       Metode
Guna mengukur sintesis protein mikroba digunakan metode eksperimental secara in vitro, yaitu metode produksi gas menurut Menke et al (1979). Rancangan yan digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, sebagai kelompok adalah sumber inokulum (cairan rumen) sebanyak lima kali periode pengambilan dari sapi berfistula an setiap kelompok terdiri dari lima unit percobaan. Sebagai perlakuan adalah proteksi tepung daun lamtoro, menggunakan tanin yang beraal dari daun teh, saponin yang berasal dari buuah klerak, minyak berasal dari minyak kedelai sebanyak 2% berdasarkan bahan kering, dan tidak diproteksi sebagai kontrol, dengan demikian terdapat empat macam perlakuan yang diuji, yaitu :  K = kontrol (tepung daun lamtoro tanpa proteksi), T = daun lamtoro diproteksi menggunakan tanin, S = daun lamtoro diproteksi menggunakan saponin, dan M = daun lamtoro diproteksi menggunakn minyak, sehingga terdapat 20 kali pengamatan. Inkubasi dilakukan selama 24 jam.
Untuk mengukur ruminal undegradable dietary protein digunakan metode in sacco yang telah distandarisasi oleh vanzan et al. (1998) dengan modifikasi yang telah distandarisasi oleh Widyobroto dkk. (1998). Setiap perlakuan diulang lima kali. Inkubasi dilakukan pada sapi betina dewasa berfistula, selama 24 jam, rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap.
Peubah yang diukur terdiri dari : sintesis protein mikroba dan ruminal undegradable dietary protein.
Sintesis protein mikroba rumen ditentukan menggunakan metode analisis purin menurut Zinn dan Owens (1986). Ruminal undegradable dietary protein diukur dengan cara menganalisis kandungan protein yang tertinggal dalam residu setelah diinkubasi selama 24 jam, di dalam rumen sapi betina berfistula. Menggunakan metode in sacco yang telah distandarisasi oleh Vanzan et al. (1998) dengan modifikasi yang telah distandarisasi oleh Widyobroto dkk. (1998).



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.       Sintesis Protein Mikroorganisme Rumen
Hasil percobaan menunjukan bahwa rataan sintesis protein mikroba rumen berkisar dari 140 + 4,69 mg/20ml (kontrol) sampai dengan 161,6 + 5,16 mg/20ml (diproteksi menggunakan saponin). Rataan tersebut jauh lebih tinggi daripada hasil penelitian Suhartati dkk. (2003), secara in vitro menggunakan cairan rumen domba sebagai sumber inokulum, yaitu 12,1 – 16,82 mg/20ml. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan sumber inokulum dan perlakuan yang diuji. Tingginya rataan sintesis protein mikroba rumen tersebut menunjukan bahwa daun lamtoro merupakan sumber protein yang cukup baik bagi mikroba rumen, meskipun telah mengalami proteksi.
Berdasarkan HSD ternyata sintesis protein mikroorganisme rumen yang mendapatkan daun lamtoro yang diproteksi menggunakan saponin sangat nyata lebih tunggi (P<0,01) dari pada ketiga perlakuan yang lain, dan diantara ketiga perlakuan yang lain tersebut tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05).

Tabel 1. Sintesis protein mikroorganisme cairan dan rumen undegradable dietary protein

Perlakuan
Sintesis protein mikroorganisme rumen (mg/20ml)
Rumen undegradable Dietary Protein
K = kontrol
140,0 + 4,69 b
37,91 +  1,06 c
T = + tanin
145,4 + 7,09 b
62,24 + 2,43 a
S = + saponin
161,6 + 8,50 a
45,65 + 2,12 b
M = + minyak
148,4 + 5,16 -
44,67 + 1,99 -
Keterangan : abc : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01)

Gambar 1. Rataan sintesis protein mikroba rumen

Hal tersebut karena saponin selain dapat digunakan untuk memproteksi protein sehingga lolos degradasi rumen, berperan pula sebagai agensi defaunasi. Oleh karena itu, bakteri aman dari gangguan protozoa, sehingga mampu tumbuh dengan baik dan dapat diketahui melalui tingginya sintesis protein mikroba rumen.

3.2.       Rumen Undegradable Dietary Protein (RUDP)
Rumen undegradable Dietary Protein (RUDP) adalah protein pakan yang tidak dapat didegradasi oleh mikroba rumen, atau protein pakan yang tahan terhadap serangan mikrobial di dalam rumen, yang diestimasi sebagai jumlah protein yang tertinggal dalam kantong nilon.
Hasil percobaan menunjukan nahwa, RUDP berkisar dari 37,91 + 1,06 % (tepung daun lamtoro tanpa proteksi) sampai dengan 62,24 + 2,43 % (tepung daun lamtoro yang diproteksi menggunakan tanin).
Hasil uji HSD menunjukan bahwa RUDP tepung daun lamtoro yang diproteksi menggunakan tanin sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) daripada ketiga perlakuan lain yang diuji. Dibandingkan dengan kontrol, ternyata proteksi tepung daun lamtoro menggunakan tanin mampu meningkatkan RUDP sebesar 64,18%, sedangkan minyak dan saponin masing-masing mampu meningkatkan RUDP sebesar 17,83% dan 20,42%.
Tinggiya RUDP sangat bermanfaat bagi hewan inang, utamanya bagi ruminansia dengan produktivitas tinggi. Sapi dengan produktivitas yang tinggi membutuhkan total protein yang melebihi jumlah protein mikrobial, dengan demikian pakan sapi yang berproduksi tinggi harus meliputi sumber-sumber yang berasal dari RUDP. Tingginya RUDP disebabkan terjadinya ikatan antara tanin-protein membentuk senyawa kompleks yang tidak larut. Ikatan tanin-protein normalnya merupakan ikatan anatara grup phenol tanin dengan keto protein yang merupakan interaksi hidropobik antara cincin aromatik struktur protein dan tanin. Adnya ikatan tersebut mengakibatkan protein tidak terdegradasi oleh mikroba rumen. Setelah sampai abomasum, yang mempunyai pH 2,5-3,5 terjadi pemisahan senyawa kompleks tersebut, sehingga protein dapat terlepas dari tanin, selanjutnya menuju ke usus untuk dicerna dan diserap, bagi kepentingan hewan inang.

Gambar 2. Rumen undegradable dietary protein



BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1.       Simpulan
Ruminal undegradable dietary protein (RUDP) tertinggi dicapai oleh tepung daun lamtoro yang diproteksi menggunakan tanin. Sintesis protein mikroba rumen tertinggi dicapai oleh tepung daun lamtoro yang diproteksi menggunakan saponin. Tanin merupakan agensia protektor yang paling baik untuk mendapatkan RUDP tertinggi.

4.2.       Saran
Untuk mendapatkan RUDP yang tinggi sebaiknya daun lamtoro diproteksi menggunakan tanin.



DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P. 1983. Microbial Digestion in Ruminants. Indian Council of Agricultural Research (ICAR), New Delhi.

Carroll, J. 2001. Bypass Protein. Department of Agriculture and Fisheries. (On line) www.gov.ns.ca/nsaf/elibrary/archieve/lives/beef/bypass.htm. Diakses 15 Desember 2002.

Chaturvedi. O.H. and T.K. Walli. 2001. Effect of Feeding Graded Levels of Undegraded Dietary Protein on Voluntary Intake, Milk Production and Economic return in Early LactatingCrossbred Cowas. Asian-Aust. J. Anim. Sci. (14) 8;11 18-1124.

Leng, R.A. 1991. Application of Biotechnology to Nutrition of animals in Development Countries. FAO, Rome.

Suhartati, F.M., W. Suryapratama dan N. Irianti. 2003. Sintesis Asam Amino Metonin pada Trichoderma reesei dan pengaruhnya terhadap Sintesis Protein Mikroba Rumen. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Vol 09. No.2: 46-55

Waghorn, G.C., L.D. Shelion, W.C. McNabb. 1994. Effect of condensed tannins in Lotus pedunculatus on its nutritive value for sheep 1.


Artikel Terkait

1   komentar

makasih ... bermanfaat banget blognya .. :-)
Reply Delete

Posting Komentar

Cancel Reply
Agriculture Digest